Rabu, 18 Mei 2016

Melibatkan Anak Dalam Bisnis, Bagaimana?



Sejak Nanit dilahirkan, saya berkomitmen untuk mengajaknya selalu serta kemanapun saya pergi.  Demikian juga ketika Ammar lahir.
Pada usia dua minggu.  Nanit saya bawa ke Bogor untuk mengikuti kegiatan bedah buku.
Pda usia 1 minggu, Ammar saya bawa meeting di sebuat perusahaan besar.
Mereka dibawa kemanapun saya pergi.  Mereka saya libatkan dalam perjalanan bisnis saya.
Bekerja di luar rumah, pengumpulan riset penulisan, meeting dengan klien, hingga sekedar ngumpul dengan banyak sahabat.
Seorang editor dari Gramedia Pustaka hingga kini sering meledek saya, “Aku masih ingat kamu bawa Ammar yang masih merah waktu meeting, menidurkannya di kursi dan kita heboh meeting,” ujar beliau, lalu biasanya kami terbahak-bahak mengingat saat-saat itu.
Pada waktu dikarantina dalam kompetisi Wirausaha Muda Mandiri, saya membawa Ammar yang baru berusia 7 bulan.  Saya terpaksa mondar mandir hotel dan ruang pamer produk dengan jarak lumayan, atau membawa Ammar ke ruang pamer dan menyusuinya di belakang meja.
Kini masa mengajak anak-anak sudah usai.  Nanit sudah sangat mandiri untuk ditinggalkan, Ammar sudah sangat paham ketika ditinggalkan.
Masa mengajak anak-anak bekerja sebetulnya hanya sebentar saja, di usia mereka menyusui dan satu tahun sesudahnya.  3 tahun yang sangat menempel pada ibunya, masa dimana mereka menduplikasi ibunya dengan sangat baik.
Namun setelah lewat masa itu sebaiknya anak harus tetap Anda libatkan dalam bisnis Anda.
Mmm…melibatkan anak dalam bisnis, bagaimana caranya?
Ajaklah anak melihat aktivitas Anda sebagai pebisnis, agar kesukaan mereka akan bisnis dan jiwa pebisnis akan muncul sedikit demi sedikit.  Mereka akan melihat bahwa bisnis adalah kegiatan yang menyenangkan.  Pada dasarnya, anak akan menduplikasi kebiasaan ibunya.
Nanit terpengaruh dengan kebiasaan saya membaca, menulis dan berbisnis dari rumah. Aktivitas berbisnis Nanit dimulai sejak TK dan saya harap seiring bertambah usia, Nanit akan semakin matang dalam berbisnis.   Kebiasaan itu juga diturunkan pada Ammar.  Anak-anak memang kerap terinspirasi pada apa yang dilihatnya, tugas orang tua adalah mendampinginya.
Bagi saya, pendidikan formal di sekolah penting bagi anak-anak saya.  Namun saya merasa, penanaman pembiasaan-pembiasaan baik di keluarga jauh lebih penting.  Saya tidak pernah menargetkan anak saya menjadi juara di kelas mereka, tapi saya menargetkan anak saya tumbuh menjadi pribadi pembelajar, berempati tinggi, berdaya dan mandiri.
Dengan memiliki hal tersebut saya yakin, mereka akan bisa menerobos berbagai kesulitan hidup, terlebih ketika kami orangtuanya sudah tidak bisa mendampinginya kelak.
Selamat melibatkan anak dalam bisnis Anda, biarkan mereka menduplikasi Anda dengan sangat sempurna!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar